Makanan jajanan telah
menjadi bagian yang tidak terpisahkan pada kehidupan masyarakat, baik di perkotaan
maupun pedesaan. Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah didapat,
cita rasanya enak dan cocok dengan selera kebanyakan orang. Makanan jajanan meskipun memiliki beberapa
keunggulan, tetapi juga beresiko terhadap kesehatan. Hal ini disebabkan oleh
penanganannya yang sering tidak higienis, akibatnya peluang bagi mikroba untuk
tumbuh dan berkembang cukup besar. Selain itu dalam proses pembuatannya sering
kali ditambah-kan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang tidak diizinkan.
Sejumlah penelitian tentang zat pewarna
terutama yang bersifat sintetis telah banyak dilakukan. Zat pewarna Phloxine B
(Fukuda, 1984), D&C Yellow no.8 (Burnet, 1986) bersifat teragenik dan
sangat berbahaya, begitu juga dengan zat pewarna merah Rhodamin B pada kerupuk
merah dilakukan, tampaknya PLATO mampu untuk mendorong siswa belajar lebih
cepat. Walaupun demikian, hasil ini baru merupakan hasil sementara, yang perlu
di kaji lagi untuk masa mendatang.
Zat pewarna yang belakangan ini telah
mulai disadari kesan negatifnya yang juga di duga sebagai penyebab kanker.
Dari penelitian FAO dan WHO didapatkan bahwa penggunaan zat pewarna sintetis
pada makanan dan minuman mencapai 70%.
Penggunaan zat pewarna yang melebihi
batas maksimum yang diperbolehkan dapat memberi dampak negatif bagi kesehatan.
Ponceau 4R merupakan zat pewarna golongan azo yang bersifat karsinogenik.
Penyakit kanker yang ditimbulkan senyawa azo sebenarnya tidak disebabkan oleh
senyawa azo, melainkan oleh hasil metabolisme senyawa tersebut, misalnya 2,2
azonaftalen dapat direduksi menjadi 2 molekul beta naftilamin yang diketahui
mempunyai sifat karsinogenik kuat pada kandung kemih.
Penggunaan Erythrosin secara
berlebihan menyebabkan reaksi alergi pada pernapasan, hiperaktif pada anak,
tumor tiroid pada tikus dan efek kurang baik pada otak dan prilaku.
Penelitian yang dilakukan pada tikus yang di beri Erythrosin dalam diet dengan
dosis besar
yaitu 400 mg/kg BB/hari mengalami
gangguan pertumbuhan. Pemberian
dosis tinggi Erythrosin juga dihubungkan dengan penurunan berat badan pada
tikus betina. Selain bersifat karsinogenik, bahan ini dapat juga bersifat
toksisitas akut dan hipertropi kelenjar gondok, hiperplasi kelenjar gondok dan
mening-katkan insiden neoplasma kelenjar gondok.
Analisis Kualitatif Zat Warna Dengan Cara Kromatografi Kertas
- Sediakan 50 gram sampel, tambahkan 10 ml
asam asetat encer 10%v/v lalu dimasukkan benang wool bebas lemak secukupnya.
- Panaskan diatas nyala api kecil selama 30
menit sambil di aduk.
- Benang wool dipanaskan dari larutan dan di
cuci dengan air dingin berulang-ulang hingga bersih.
- Pewarna dilarutkan dari benang wool dengan
penambahan ammonia 10% di atas penangas air hingga sempurna.
-Larutan berwarna yang di dapat di cuci
lagi dengan air hingga bebas amonia.
- Totolkan pada kertas kromatografi, juga
totolkan zat warna pembanding yang cocok.
- Jarak rambatan elusi 12 cm dari tepi bawah
kertas. Elusi dengan eluen I (etil-metalketon : aseton : air = 70:30:30) dan
eluen II (2g NaCL dalam 100ml etanol 50%).
-Keringkan kertas kromatografi di udara
pada suhu kamar. Amati bercak-bercak yang timbul.
-Penentuan zat warna dengan cara mengukur
nilai Rf dari masing-masing bercak tersebut, dengan cara membagi jarak gerak
zat terlarut oleh jarak zat pelarut.
Ponceau 4R | |
---|---|
Sumber :
http://repository.unand.ac.id/466/1/Hal_71-76._Zat_Warna-Isi.doc
http://en.wikipedia.org/wiki/Erythrosine
http://en.wikipedia.org/wiki/Ponceau_4R