Selasa, 30 Agustus 2011

Nama Jepang

Komik, manga, anime .. Detective Conan, Bleach, Doraemon dsb adalah judul film kartun atau animasi dari jepang.. Para pecinta Jepang mereka pasti ga asing dengan nama-nama di atas, juga Fashion yang terkenal dari jepang yaitu harajuku, bahkan mereka rela merogoh kocek dalam-dalam untuk berpenampilan seperti tokoh anime atau idola mereka hal ini bisas disebut dengan cosplay ya, semacam peragaan atau pameran busana gitu lah, bedanya cosplay ini busananya bukan seperti busana-busana yang dipakai oleh model, melainkan busana atau kostum yang dipakai oleh tokoh dalam komik. Hmm, keren banget pastinya.. Oh ya, selain itu, tokoh-tokoh tersebut punya nama-nama unik dan menarik pastinya.. Pengen tau, nama jepang kamu? Gampang, ini caranya: 
1. Kunjungi aja  : http://www.rumandmonkey.com/widgets/toys/namegen/721/
2. Pilih jenis kelamin atau gender kamu :
  • *Bishoujo = Untuk Perempuan
  • *Bishounen = Untuk laki-laki
3. Masukkan nama kamu pada kolom yang tersedia.
4. Klik aja “Koreha, Nihongo de nan to imasu ka”. Lansung deh kamu akan mendapatkan nama jepang kamu. Gampang banget kan menggunakan aplikasi keren ini.

 Selamat Mencoba & Semoga Bermanfaat.. :D

> Sumber : http://www.rumandmonkey.com/widgets/toys/namegen/721/
http://blogbintang.com/nama-jepang-keren

Nama Korea

Full House, Naughty Kiss, Dream High, Secret Garden, dan masih banyak lagi judul Drama Korea yang ditayangin di salah satu TV swasta ini, membuat demam korea. Apalagi ditambah munculnya boy band dan girl band di Indonesia, yang gaya dan penampilannya terinspirasi dari boy band dan girl band korea ini menandakan bahwa trend korea sedang booming di Indonesia.  Hmm, ditambah paras cantik dan ganteng para bintang korea, membuat para pencinta korea semakin banyak.. Mulai dari nama, marga, hobi, semuanya deh mereka tahu..  Hmm, ternyata kamu juga bisa lho punya nama dalam bahasa korea..
Nah, mau tau ga siapa nama korea kamu?
Sebelum itu, kamu tahu kan , biasanya nama idola kalian itu terdiri dari 3 suku kata, misalnya Park Shin Hye, Yoon Eun Hye, Jung Ji Hoon, Lee Min Hoo, dsb. Ehm, pengen tau nama kamu dalam bahasa korea??
Caranya gampang, tinggal cocokin  tanggal, bulan dan tahun lahir kamu..
1. Surname (Nama Keluarga) : Nama depan diambil dari angka terakhir tahun kelahiranmu, tapi kalau nama depan idola kamu adalah nama marga atau nama ayah atau nama kakek mereka..
  • 0 : Park
  • 1 : Kim
  • 2 : Shin
  • 3 : Choi
  • 4 : Song
  • 5 : Kang
  • 6 : Han
  • 7 : Lee
  • 8 : Sung
  • 9 : Jung
2. Nama Tengah : Diambil dari bulan lahir kamu.
  • 1: Yong
  • 2: Ji
  • 3: Je
  • 4: Hye
  • 5: Dong
  • 6: Sang
  • 7: Ha
  • 8: Hyo
  • 9: Soo
  • 10: Eun
  • 11: Hyun
  • 12: Rae
3. Name : Nama korea ini Diambil dari tanggal kelahiranmu, biasanya yang digunakan untuk memanggil kamu (mungkin).
  • 1: Hwa
  • 2: Woo
  • 3: Joon
  • 4: Hee
  • 5: Kyo
  • 6: Kyung
  • 7: Wook
  • 8: Jin
  • 9: Jae
  • 10: Hoon
  • 11: Ra
  • 12: Bin
  • 13: Sun
  • 14: Ri
  • 15: Soo
  • 16: Rim
  • 17: Ah
  • 18: Ae
  • 19: Neul
  • 20: Mun
  • 21: In
  • 22: Mi
  • 23: Ki
  • 24: Sang
  • 25: Byung
  • 26: Seok
  • 27: Gun
  • 28: Yoo
  • 29: Sup
  • 30: Won
  • 31: Sub
 Jadi, kalau kamu lahir tanggal 7 Desember 1992 nama korea kamu : Shin Rae Wook .. Lucu yaa namanya..
Tapi, nama ini cuma buat lucu-lucuan aja, biar kita tahu nama kita dalam bahasa korea..

Selamat mencoba & Semoga Bermanfaat..

> Sumber : http://www.blogbintang.com/arti-nama-korea-kamu

Kamis, 25 Agustus 2011

Manfaat Gerakan Shalat Bagi Kesehatan


Kualitas iman seseorang dapat diukur dengan komitmennya terhadap penegakan ajaran Islam, baik kaitannya dengan kehidupan pribadi maupun ke-masyarakatan. Salah satu tolok ukur yang dapat dilihat dalam hubungannya dengan hal di atas adalah komitmen penegakan umat Islam terhadap rukun Islam yang ada. Utamanya dalam hal ini adalah shalat.
Shalat lima waktu merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Bahkan shalat merupakan kewajiban pertama setelah keimanan kepada Allah SWT. Artinya, setelah pengakuan kebenaran adanya Allah dan utusannya Rasulullah SAW, shalat merupakan manifestasi keimanan yang pertama. Akan tetapi, apabila kita hayati secara mendalam, shalat merupakan ibadah yang sangat terasa manfaatnya bagi diri manusia itu sendiri, terutama mengenai kesehatan sehingga hal itu dirasakan sebagai kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan.
Shalat akan menjadikan manusia bersikap tawadhu', rendah hati, tidak sombong dan tidak angkuh. Anggota tubuh kita yang paling terhormat adalah kepala, akan tetapi di hadapan Allah pada waktu shalat menjadi sama rendahnya dengan telapak kaki. Karenanya, orang yang tawadhu' sadar akan kedudukan (maqam) nya di hadapan Allah.
Manusia akan merasakan kebahagian yang hakiki manakala ia merasa begitu dekat dengan Allah. Manusia yang dekat dengan Tuhan senantiasa hidup tenteram dan damai. Segala bentuk tantangan dan godaan duniawi tidak akan bisa mempengaruhi dan mengotori batinnya sehingga gerakgerik dan perilakunya selalu mendapat petunjuk dan penerangan dari-Nya. Untuk mencapai itu, tentu manusia harus rajin menghadap dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Dalam konteks ini Allah SWT telah memberikan jalan yang harus ditempuh, yaitu shalat.
Shalat itu merupakan kunci surga dan merupakan penyekat yang menghalangi panasnya api neraka jahannam. Semua orang Islam sudah maklum bahwa shalat lima waktu adalah kewajiban yang utama lagi penting, semua orang Islam lakilaki maupun perempuan wajib mengamalkan selama hidupnya .
Sama sekali tidak ada alasan bagi kaum muslimin kewajiban shalat ini untuk ditinggalkan walaupun sedang dimana kita berada, pendek kata shalat musti dikerjakan. Rasulullah SAW bersabda: "Shalat adalah tiang agama. Barang siapa mendirikan shalat, berarti ia mendirikan agama. Dan barang siapa meninggalkannya berarti ia merobohkan agama ".
Jadi apabila ada orang yang mengaku beragama Islam, tetapi tidak mau shalat, berarti pengakuannya itu tidaklah benar. Dan orang yang semacam itu ditetapkan masuk neraka. Dari uraian singkat diatas dapatlah ditarik beberapa pengertian :
- Kalau kita hendak mengetahui kematangan Islam seorang muslim, lihatlah amalan shalatnya
- Selagi seorang itu masih biasa mengabaikan shalat, sangat boleh jadi Islam dalam dirinya belum matang
- Sebaliknya, setiap orang yang ta'at ibadatnya menunjukkan Islamnya sudah matang benar
Jika sholat benarbenar di laksanakan secara tuma'ninah (tenang) dan kontinyu Insya Allah shalat kita dapat menghapus dosa dan kesalahan, disamping itu juga gerakan gerakan yang ada di dalam shalat dapat menyehatkan fisik dan bahkan dapat berfungsi sebagai pencegah penyakit.
Secara spesifik, shalat Tahajjud dan shalat Subuh yang kita lakukan selama ini telah banyak dibuktikan oleh umat muslim bahwa memiliki efek terafis (pengobatan) terhadap penyakit kanker dan jantung. Kalau dilihat persfektif shalat secara umum bahwa gerakangerakan khas dalam shalat disinyalir juga menyehatkan. Sholat laksana olahraga fisik yang memancarkan efek kesehatan bagi tubuh.
Shalat dianggap sebagai amalan ibadah yang paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Gerakangerakannya sudah sangat melekat dengan gesture ( gerakan khas tubuh) seorang muslim. Namun pernahkah terpikirkan oleh kita manfaat masingmasing gerakan itu? Sudut pandang ilmiah menjadikan sholat sebagai gudang obat bagi berbagai jenis penyakit.
Berdiri tegak, ber-takbiratul ihram, lalu mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga atau bahu dan melipatnya di depan dada bagian bawah. Gerakan seperti ini malancarkan darah, getah bening (limpe) dan kekuatan otot lengan, posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar keseluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan otot bahu merenggang sehingga aliran darah kaya akan oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan dada bagian bawah. Sikap ini menghindar dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.
Ruku', yakni dalam posisi yang sempurna ditandai dengan tulang belakang yang lurus, sehingga bila diletakan segelas air diatas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang, postur ini bermanfaat menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang sebagai penyangga tubuh dari pusat syaraf. Posisi jantung sejajar
dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah, tangan yang bertumpu di lutut berfungsi relaksasi bagi otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah latihan kemih untuk mencegah gangguan prostat.
I'tidal, yakni posisi bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak setelah mengangkat kedua tangan setinggi telinga atau bahu. I'tidal adalah variasi postur setelah rukuk dan sebelum sujud, gerak berdiri bungkuk, berdiri sujud merupakan latihan pencernaan yang baik, organorgan pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Efeknya pencernaan menjadi lebih lancar.
Sujud, yakni posisi menungging dengan meletakan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai. Manfaatnya aliran getah bening dipompa kebagian leher dan ketiak. Posisi jantung diatas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang, sehingga dapat memacu kecerdasan. Karena itu lakukanlah sujud dengan tuma'ninah. Jangan tergesagesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Postur ini juga menghindarkan gangguan wasir, khusus bagi wanita, baik rukuk maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ wanita, juga memudahkan proses persalinan.
Duduk, terdapat dua macam, yaitu iftirasy pada tahyat awal dan tawarruk pada tahyat akhir. Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki. Manfaatnya, saat duduk iftirosy kita bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan syaraf nervus atau ischiadus. Posisi ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabnya penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarruk sangat baik bagi pria
sebab tumit menekan aliran kandung kemih (uretra), kelenjar kelamin pria (prostat) dan saluran vas deferen. Jika dilakukan dengan benar, postur ini mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iftirosy dan tawarruk menyebabkan seluruh otot tungkai turut merenggang dan relaks kembali. Gerakan dan tekanan harmonis inilah yang menjaga kelenturan dan kekuatan organorgan gerak kita.
Salam, yakni gerakan memutar kepala ke kanan dan kekiri secara maksimal. Manfaatnya adalah relaksasi otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah dikepala, gerakan ini mencegah sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit wajah.
Dari pemaparan tentang fadhilah gerakan sholat bagi kesehatan, ada sebuah riwayat yang shahih dari Abu Hurairah ra, ia berkata: "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sebentang sungai di depan pintu salah seorang diantara kalian, ia mandi dari sungai itu setiap hari lima kali, apakah masih tersisa kotoran?' Para sahabat menjawab: 'Tidak!' Nabi Muhammmad SAW berkata, 'Maka demikianlah perumpamaan shalat lima waktu, denganya Allah menghapus semua kesalahan".
Mungkin kita bertanya-tanya `bagaimana seandainya ada seseorang berolahraga lima kali sehari, dengan melakukan gerakangerakan khusus yang menyehatkan fisik'. Apakah tidak mungkin ia akan menjadi orang yang paling sehat di dunia ini? Tentunya hal ini sangat mungkin sekali. Jika shalat dilaksanakan secara tuma'ninah, tenang dan kontinyu, insya Allah sholat kita di samping sebagai penghapusan dosa dan kesalahan, juga bisa berfungsi sebagai penghapus segala penyakit.
DR. Aidh al-Qarni menulis dalam bukunya yang berjudul LA TAHZAN (JANGAN BERSEDIH!) : “Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah: 153). Jika Rasulullah ditimpa sebuah ketakutan, maka dia akan segera melakukan shalat. Pernah dia berkata kepada Bilal, “Wahai Bilal, tentramkan (hati) kita dengan shalat! Pada kali lain beliau bersabda, “Ketenanganku ada pada shalat”. Jika hati terasa menyesak, masalah yang dihadapi terasa sangat rumit, dan tipu muslihat sangat banyak, maka bersegeralah datang ke tempat shalat, dan shalatlah. Jika hari-hari menjadi gelap gulita, malam-malam mencekam, dan kawan-kawan berpaling, maka lakukanlah shalat.

Dr. Alexis Carel, seorang Pemenang hadiah nobel dalam bidang kedokteran, dan Direktur riset Rockfeller Foundation Amerika, memberikan pernyataan sebagai berikut: “Sholat memunculkan Aktifitas pada perangkat
tubuh dan anggota tubuh. Bahkan sebagai sumber aktifitas terbesar yang dikenal sampai saat ini. Sebagai seorang dokter, saya melihat banyak pasien yang gagal dalam pengobatan, dan dokter tidak mampu mengobatinya. Lalu, ketika pasien-pasien membiasakan Sholat, justru penyakit mereka hilang. Sesungguhnya Sholat bagaikan tambang Radium yang menyalurkan sinar dan melahirkan kekuatan diri. Sholat menciptakan fenomena yang mencengangkan, mendatangkan Mukjizat”. Semua gerakan, sikap dan prilaku dalam Sholat dapat melemaskan otot yang kaku, mengendorkan tegangan system syaraf, menata dan mengkonstruksi persendian tubuh, sehingga mampu mengurangi (atau bahkan menghilangkan) stress, kekejangan, rheumatik, pegal-linu, encok, dan semua penyakit syaraf dan persendian lainnya. Sholat juga merupakan terapi psikis yang bersifat kuratif, preventif, dan konstruktif sekaligus. Kebersihan dalam sholat merupakan proses untuk mencapai kesehatan, sedangkan kesehatan merupakan hasil dari kebersihan. Karena itu, sholat merupakan terapi bagi penyakit manusia, baik penyakit fisik maupun psikis.

Joe H. Slate, Ph.D (psikolog berlisensi, profesor, dan pendiri Parapsychology Research Foundation), dalam bukunya yang berjudul Energi Aura ”memanfaatkan energi aura untuk menjaga kesehatan dan meraih keberhasilan karier”, menulis : Tahap intervensi menyeluruh merupakan strategi pemberdayaan diri yang terstruktur yang memanfaatkan relaksasi fisik, pembayangan mental, dan ucapan-ucapan positif untuk menyuntik aura dengan energi yang dahsyat. Untuk tujuan perbandingan, tahapan tersebut mencakup melihat aura ”sebelum dan sesudahnya”. Tahapan itu memperkenalkan teknik-teknik khusus yang dirancang untuk menciptakan kondisi mental, fisik, dan spiritual yang sepenuhnya yang, pada gilirannya, memberi tenaga padaaura. Tahapan puncak adalah memberi peneguhan yang kuat mengenai kesejahteraan. Tahapan dapat dilengakpi dengan teknik-teknik yang berkaitan dengan sasaran-sasaran terntentu, seperti membuang kebiasaan yang tidak dikehendaki, mengatasi stres, atau meraih sukses dalam tugas tertentu.

H.M Taufik Djafri dalam bukunya yang berjudul ”Menikmati Keindahan Allah melalui logika dan tandatanda”, menulis : Baiklah, karena kita belum punya sebutan lain kecuali cahaya, maka katakanlah shalat yang diperintahkan oleh Allah sebagai kewajiban kaum muslimin tersebut, didapat dengan melalui kendaraan cahaya Allah. Karena perintah shalat terkait erat dengan cahaya sebagai kendaraan rasul ketika menuju Sidratul Muntaha, maka orang yang melakukan shalat dengan khusyu’ di mana yang menghadap Allah bukan sekedar jasmaninya saja, tetapi pada saat ia mengucapkan takbiratul ihram, pada saat itu juga ruhnya melesat dengan kecepatan yang sangat tinggi menemui Allah rabbul ’alamin, maka jika ia melakukan shalat yang demikian itu pasti ia akan ”mencahaya”. Mukanya menjadi bercahaya, pandangannya bercahaya, tutur katanya bercahaya, perbuatannya bercahaya, dan hatinya juga bercahaya. Ia selalu ramah pada orang lain karena hatinya tawadhu’ akan kebesaran Allah, hidupnya penuh dengan kedamaian, tak pernah dengki dan hasut terhadap orang lain. Kata Allah dalam al-Qur’an surat al-An kabut: 45, artinya, ”Sesungguhnya shalat (yang khusyu’) itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar”. Cahaya adalah sesuatu ciptaan Allah yang mempunyai kecepatan tertinggi dalam dunia ini. Orang yang ahli shalat, di dalam dirinya berkumpul cahaya demi cahaya (di sekitar tubuhnya, di wajahnya, dalam perkataannya, dalam pendengarannya, dalam pandangannya, dan dalam hatinya). Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satu alasan yang mungkin rasional adalah karena adanya gerakan-gerakan shalat seperti yang dicontohkan rasulullah SAW. (mari kita lihat gerakan orang shalat). Semua gerakan shalat dibarengi dengan kalimat Allahu Akbar (Allah Maha Besar), kecuali gerakan i’tidal (bangun dari rukuk) dan gerakan penutup shalat yaitu dengan ucapan Salam. Yang perlu digarisbawahi adalah bahwa do’a itu adalah kekuatan dan do’a itu adalah energi. Padahal, setiap ucapan dalam shalat kita adalah do’a. Sehingga, sangat gampang dimengerti bahwa orang yang sedang melakukan shalat dengan khusyuk, seperti halnya ia membangun dan membentuk kekuatan/energi dalam tubuhnya (terlebih lagi dalam qalbunya)

Dalam kata pengantar pada bukunya yang berjudul ‘Mukjizat gerakan Sholat untuk pencegahan dan pengobatan penyakit’, Dr. Sagiran M. Kes menulis: “Apabila doa (ucapan, pikiran) saja sudah mempunyai efek penyembuhan yang begitu nyata, bagaimana dengan sholatnya orang muslim, yang memadukan antara kebersihan fisik / mental (Wudhu), bacaan Sholat (do’a-do’a dan konsentrasi pikiran) dan gerakan anggota badan yang unik dan khas? ibarat perincian resep, bukankah ini bisa menjadi suatu formula yang holistik, komprehensif, terpilih, jelas manfaatnya, bebas efek samping, terjangkau, praktis, dan sebagainya. Mengapa orang keberatan mengkaji Sholat secara ilmiah?

Tentang pengaruh sholat dalam menenangkan ketegangan syaraf akibat insomnia, Dr. Thomas Heslubb menyatakan : “Faktor terpenting untuk bisa tidur, yang saya ketahui melalui pengalaman dan eksperimen selama beberapa tahun adalah dengan cara melakukan “Sholat”. Saya katakan hal ini dalam kapasitas saya sebagai dokter. Sholat adalah cara paling baik untuk mendapatkan ketenangan jiwa dan menenangkan syaraf, sepanjang yang saya ketahui sampai saat ini. Sholat memiliki pengaruh pada perangkat syaraf manusia. Karena menghilangkan ketegangan dan menenangkan pergolakan syaraf sehingga sholat dianggap sebagai pengobatan yang manjur pada penyakit insomnia”.
Menurut penelitian, ada pembuluh darah yang hanya bisa diisi kembali dengan gerakan sujud! ketika bersujud, kita menekan titik pijat untuk otak pada ujung ibu jari kaki sehingga aliran darah di otak kita mengalir dengan lancar dan pikiran kita pun terang. Ketika sujud, kita pun menekan titik anti tegang/gelisah yang terletak di pangkal telapak tangan. Selain itu, sholat telah mencakup Yoga, Hydrotherapy (Wudhu), Meditasi, Relaxation Therapy, Aroma Therapy, Dzikir, Do’a, Olah raga, Koex system, dan lain-lain.

Menurut analisis ilmiah tentang waktu-waktu sholat yang dilakukan oleh Dr. Zahir Qarami, memberikan sesuatu yang sangat berharga kepada kita, berupa hasil analisis medis seputar sholat ashar. Beliau menyatakan bahwa sholat ashar dapat menghindarkan seseorang dari beberapa penyakit jiwa dan fisik. Dr. Zahir Qarami yang merupakan salah seorang peneliti dalam bidang kemu’jizatan medis Al-Qur’an dan As- Sunnah, menegaskan bahwa sholat Ashar menurunkan Hormon Adrenaline yang memuncak produksinya pada batas antara jam 3 sampai jam 4, yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Dalam penelitiannya, beliau menemukan kenyataan bahwa ketika manusia menghadapi kesulitan, dan tidak melakukan gerakan dan reaksi fisik, maka hal itu dapat menimbulkan penyakit jiwa dan fisik karena pengaruh meningkatnya Hormon Adrenaline secara terus menerus. Masih menurut Qarami, sesungguhnya meninggalkan Sholat Ashar pada waktunya dapat menimbulkan beberapa penyakit jiwa dan fisik seperti; tekanan darah, syaraf jantung, kegemukan, lemah syahwat, keguguran, kelenjar thyroid, kesulitan datang bulan, migren, katarak, dan sebagainya. Lebih lanjut Qarami yang kelahiran
Tunis, juga menyatakan dalam studinya, “Dari studi yang saya lakukan menunjukkan bahwa, Sholat Ashar dapat menyembuhkan berbagai penyakit modern”
“Shalat itu menuntun kita menuju kebenaran, karena kebenaran itu sangat indah dan menakjubkan” (Armis, 2003) * Prof. dr. H. Armis, Sp. B, Sp. OT, FICS, adalah Dokter Spesialis Bedah Orthopedi Guru Besar Ilmu Kedokteran pada Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta.

Selamat Membaca & Semoga Bermanfaat :D

12 Khasiat Buah Kurma

Kurma adalah buah yang tumbuh dari pohon palem keluarga Arecaceae dari genus phoenix.  Nama ilmiah kurma adalah dactylifera phoenix. Kurma diyakini berasal dari tanah di sekitar tepi sungai Nil dan Efrat. Sekarang pohon kurma dibudidayakan secara luas di wilayah beriklim hangat di semua benua, termasuk di Afrika, Australia dan Amerika (California).
Kurma segar memiliki daging berserat lembut dan rasanya sangat manis, seperti campuran sirup gula dan madu. Daging buah kurma berisi gula sederhana seperti fruktosa dan dekstrosa yang mudah dicerna dan cepat mengisi ulang energi tubuh. Karena karakteristik tersebut, kurma sangat cocok untuk mengawali berbuka puasa.
Rincian kandungan gizi kurma (per 100 g) (Sumber: USDA National Nutrient Database)
UnsurNilai giziPersen kecukupan gizi
Energi277 Kkal14%
Karbohidrat74,97 g58%
Protein1,81g3%
Total Lemak0,15 g<1%
Kolesterol0 mg0%
Serat makanan6,7 g18%
Asam Folat15 mcg4%
Niacin1,610 mg10%
Asam pantotenat0,805 mg16%
Piridoksin0,249 mg19%
Riboflavin0,060 mg4.5%
Thiamin0,050 mg4%
Vitamin A149 IU5%
Vitamin C0 mg0%
Vitamin K2,7 mcg2%
Sodium1 mg0%
Potasium696 mg16%
Kalsium64 mg6.5%
Tembaga0,362 mg40%
Besi0,90 mg11%
Magnesium54 mg13%
Mangan0,296 mg13%
Fosfor62 mg9%
Seng0,44 mg4%
Beta karoten89 mcg
Lutein-zeaxanthin23 mcg
Kandungan nutrisi kurma
Kurma memiliki daftar panjang kandungan nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh. Tabel di samping menunjukkan kandungan gizi dan unsur non-gizi yang ada pada kurma.
Kurma matang mengandung gula sekitar 80%, sisanya terdiri dari protein, lemak dan produk mineral termasuk tembaga, besi, magnesium dan asam folat.  Kurma kaya dengan serat dan merupakan sumber kalium yang sangat baik.  Lima butir kurma (sekitar 45 gram) mengandung sekitar 115 kalori, hampir semuanya dari karbohidrat.
Khasiat buah kurma
  1. Kaum Arab Badui, yang makan kurma secara teratur, menunjukkan tingkat kejadian yang sangat rendah dari kanker dan penyakit jantung.
  2. Buah kurma kaya serat yang mencegah penyerapan kolesterol LDL dalam usus. Kandungan serat kurma juga membantu melindungi selaput lendir usus dengan mengurangi paparan dan mengikat bahan kimia yang menyebabkan kanker usus besar.
  3. Sebagai makanan laksatif (laxative food), kurma bermanfaat melancarkan buang air besar dan mencegah konstipasi.
  4. Kurma mengandung antioksidan yang dikenal sebagai tanin. Tanin diketahui bersifat anti-infeksi, anti-inflamasi dan anti-hemoragik.
  5. Kurma adalah sumber vitamin A, yang dikenal memiliki sifat antioksidan dan sangat penting untuk kesehatan mata. Vitamin A juga diperlukan menjaga kulit tetap sehat. Konsumsi buah-buahan alami yang kaya akan vitamin A  diketahui membantu melindungi dari kanker paru-paru dan rongga mulut.
  6. Kurma merupakan sumber zat besi yang sangat baik. Besi adalah komponen dari hemoglobin di dalam sel darah merah yang menentukan daya dukung oksigen darah.
  7. Kalium dalam kurma adalah komponen penting dari sel dan cairan tubuh yang membantu mengendalikan denyut jantung dan tekanan darah, sehingga memberikan perlindungan terhadap penyakit jantung koroner dan stroke.
  8. Kalsium merupakan mineral penting dalam pembentukan tulang dan gigi, dan dibutuhkan oleh tubuh untuk kontraksi otot, penggumpalan darah dan konduksi impuls saraf.
  9. Mangan digunakan oleh tubuh sebagai unsur pendukung untuk enzim antioksidan superoksida dismutase.
  10. Tembaga diperlukan dalam produksi sel darah merah.
  11. Magnesium sangat penting bagi pertumbuhan tulang.
  12. Kurma kaya akan vitamin K dan vitamin B-kompleks, yaitu  piridoksin (vitamin B-6), niacin, asam pantotenat dan riboflavin. Vitamin ini membantu tubuh dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Vitamin K sangat penting dalam pembekuan darah  dan metabolisme tulang.
Kalau begitu, betul sekali anjuran Nabi Muhammad untuk mengawali berbuka puasa dengan tiga butir kurma!

 Selamat membaca & Semoga Bermanfaat :D
 

> Sumber : http://www.majalahkesehatan.com/12-khasiat-buah-kurma/

Rabu, 24 Agustus 2011

IT'S TIME TO MUDIK

 
Ramadhan hampir usai, lebaran sudah di depan mata. Setiap tahun tradisi ini tak pernah terlewatkan... Bahkan banyak orang sudah memesan dan membeli tiket jauh-jauh hari, padahal lebaran masih jauh...dengan alasan agar tak kehabisan tiket dan harganya masih belum naik..hmm....untuk apa? jawabannya adalah MUDIK ! Yak, itulah yang dilakukan banyak orang yang merantau ke kota orang atau bahkan di negara orang untuk bekerja. Mereka menggunakan moment lebaran untuk mudik atau pulang kampung, untuk melepas rindu kepada keluarga dan kerabat setelah lama tak bertemu.. Mereka pun pulang tanpa tangan hampa,baju baru, aneka macam kue kering mereka bawa pulang sebagai buah tangan untuk keluarga dan kerabat tercinta di kampung halaman. Tak heran, jika barang bawaan mereka begitu banyak, sampai-sampai mereka kewalahan membawanya. Ada pula pemudik yang membawa bayi sehingga membuat pemudik membawa barang yang lebih banyak lagi..Pemandangan di dalam bus atau kereta jadi terlihat penuh karena barang bawaan mereka.  Wah, harus hati-hati agar barang atau koper yang dibawa tidak tertukar dengan pemudik lain. Setiap tahunnya, jumlah pemudik selalu meningkat, hal ini dikarenakan setelah mereka kembali ke rantau, mereka membawa kerabat atau saudara mereka untuk bekerja di perantauan mereka.Cerita mudik setiap orang pun berbeda..Ada yang pulang dengan selamat sampai tujuan, ada pula yang dalam perjalanan mudiknya kehilangan barang bawaan karena mereka lengah, sehingga mereka menjadi sasaran orang-orang yang tidak bertanggung jawab, misalnya, mereka ditawari makanan atau minuman oleh yang tidak dikenal, yang ternyata di dalam makanan atau minuman sudah diberi obat bius, akhirnya mereka tak sadarkan diri dan setelah sadar, ternyata barang bawaan dan uang mereka lenyap. Ternyata mereka adalah korban pembiusan.. atau tanpa sadar mereka menyerahkan uang dan barang mereka kepada orang yang mengaku kenal dengan mereka, namun ternyata mereka adalah korban hipnotis.. iihhh, serem ya..??!!  Bahkan mereka pulang membawa berita kesedihan dan tak bisa berkumpul dengan keluarga dikarenakan kecelakaan di jalan raya. Untuk itu kita harus selalu waspada dengan barang yang kita bawa dan orang-orang di sekitar kita saat perjalanan mudik. Hmm, untuk itu, diperlukan persiapan yang baik sebelum mudik.. Ada beberapa tips yang mungkin membantu agar mudik lancar, aman dan nyaman, berikut tips-tipsnya :
1. Persiapkan barang yang benar-benar perlu dibawa, jangan sampai barang yang tidak perlu ikut masuk ke dalam koper. Misalnya, jika membawa pakaian, bawalah secukupnya saja atau jika membawa bayi, agar bayi tidak menangis dalam perjalanan bawalah mainan yang simple saja, jangan bawa teddy bear yang besar.. Jika ingin membawakan buah tangan bawalah secukupnya.Oh, iya jangan membawa uang yang berlebihan juga ya...
2. Jika mudik naik kendaraan umum :
  • Beri tanda atau nama pada koper atau barang bawaan Anda, supaya tidak tertukar. 
  •  Jangan mudah menerima makanan atau minuman dari orang yang tidak Anda kenal, agar Anda tidak menjadi korban pembiusan. Untuk itu, usahakan membawa bekal secukupnya.
  • Jangan memakai perhiasan yang mencolok dan berlebihan, supaya tidak menarik perhatian orang lain dan penjahat.
  • Selalu berdoa (misal berdzikir) dan jangan sampai pikiran Anda kosong atau melamun, supaya Anda tidak jadi korban hipnotis..
3. Untuk pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi :
  • Cek kendaraan Anda sebelum berangkat agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan nantinya. 
  • Jaga kondisi Anda agar tidak terlalu kelelahan saat menyetir atau mengendarai motor. Usahakan istirahat sejenak untuk memulihkan kondisi Anda. Apa lagi sekarang banyak pos mudik yang menawarkan berbagai penawaran dan fasilitas unik, seperti pijat dan games.. Nah, lumayan kan untuk melepas lelah sejenak dalam perjalanan mudik..
  • Taati rambu lalu lintas, agar perjalanan Anda lancar dan aman.
  • Jangan mengemudi dalam keadaan lelah dan ugal-ugalan.
4. Yang paling penting  Selalu berdoa sebelum dan setelah melakukan sesuatu, Agar Tuhan selalu melindungi kita..aamiin..

Oh iya, kalau mudik rumah kan kosong, ga ada penghuninya ga ,ada yang yang jaga.. Terus gimana doooonkk???
kalo ntar ada maling gimana?? kan ga mungkin, barang di bawa semua??
ehm, mungkin sedikit tips ini bisa membatu..

1. Kunci semua pintu dan jendela, pastikan rumah yang akan kita tinggal mudik untuk sementara waktu  ini, benar-benar terkunci.
2. Titipkan rumah kepada tetangga yang tidak mudik atau Pak satpam yang menjaga kompleks sambil berpamitan. "Pak, Bu, Kami mau mudik, tolong titip rumah ya.." si tetangga bilang "Oo, iya hati-hati Pak, Bu, semoga selamat sampai tujuan , salam buat keluarga di sana..
atau kalau tidak titip ke Pak satpam yang menjaga kompleks " Pak, Kami mau pamit, mau mudik, titip rumah rumah ya Pak.." Pak satpam bilang "siap laksanakan ..hati-hati di jalan , semoga selamat sampai tujuan.." .. ehhm, jangan lupa ucapkan terima kasih, dan mungkin setelah pulang Pak Satpam dan tetangga yang baik hati itu, kita bisa memberi oleh-oleh sebagai ucapan terima kasih..
3. Hidupkan lampu depan atau lampu halaman, agar terkesan rumah itu ada penghuninya, dan terhindar dari kesan rumah angker.. hehhhe...

itulah beberapa tips agar mudik Anda lancar , aman dan nyaman..
Selamat mencoba & Semoga Bermanfaat.. :D

maaf, jika dalam penulisan ini masih ada yang kurang dan masih ada kesalahan..
 

Kenapa Perselingkuhan Terjadi? Ini Penyebabnya

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pernikahan adalah momen membangun kehidupan baru bersama pasangan. Suka duka akan dihadapi berdua, sebisa mungkin tidak melibatkan pihak lain untuk menyelesaikan masalah. Namun, masalah rumah tangga kadang tidak sesederhana yang dihadapi ketika masih pacaran. Bukan cinta lagi yang dibutuhkan, tetapi komitmen, untuk menjaga keutuhan rumah tangga.
Menurut psikolog Prof Dr Sarlito Wirawan Sarwono, cinta bukanlah pengikat pernikahan. Cinta hanyalah faktor yang bisa menarik seseorang untuk memutuskan berpasangan.
“Cinta paling lama bertahan tiga tahun, lalu hilang. Sisanya adalah komitmen, kesetiaan, dan tanggung jawab,” ujar Prof Sarlito, saat peluncuran buku Mencegah Selingkuh dan Cerai karya sosiolog Dra Hartati Nurwijaya di Toko Buku Gramedia Matraman, Jakarta, Minggu (14/8/2011) lalu.
Salah satu penyebab retaknya rumah tangga menurut Prof Sarlito adalah perselingkuhan. Perselingkuhan itu sendiri biasanya disebabkan oleh beberapa faktor seperti: kemajuan teknologi, workaholic, dan sifat posesif.
Kemajuan teknologi
Teknologi bukan hal yang menjadi asal-usul perselingkuhan, namun bisa memicu perselingkuhan. Ketakutan bahwa kemajuan teknologi bisa membuat pasangan selingkuh, bisa membuat seseorang melanggar privasi pasangannya. Misalnya, membuka e-mail, SMS, atau situs jejaring sosial pasangan, bahkan minta password segala. Kebiasaan inilah yang menurut Prof Sarlito kerap memicu pertengkaran.
“Beri kepercayaan pada pasangan untuk punya wilayah privasinya sendiri. Kalau ternyata dia selingkuh, itu bisa diurus belakangan. Intinya jangan cari-cari masalah,” jelas Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia yang mendalami Psikologi Sosial ini.
Bagaimanapun, teknologi akan mempermudah pekerjaan dan kehidupan seseorang. Jadi, pasangan pun berhak menikmatinya.
Workaholic
Bila salah satu atau kedua pihak terlalu asyik dengan pekerjaan masing-masing, perlahan-lahan bisa menghilangkan kesetiaan. Jika workaholic tidak diselingi dengan kencan berdua, misalnya, akan sulit bagi pasangan untuk bertahan. Hubungan pernikahan akan terasa hambar dan terasa sama saja dengan rutinitas hidup yang lain. Rasa hambar ini kelak akan berujung pada keinginan untuk mencari “selingan”. Siapa yang menjadi "selingan" tersebut? Kemungkinan besar adalah rekan kerja, partner bisnis, atau siapapun yang biasa Anda jumpai saat bekerja atau beraktivitas.
Sifat posesif
Orang yang selalu menginginkan pasangan berperilaku sesuai dengan keinginannya cenderung membuat pasangan menjadi bosan. Kehidupan rumah tangga pun menjadi kaku karena pasangan selalu merasa diawasi dan akhirnya merasa terkekang.
Contohnya masalah cemburu. Cemburu yang berlebihan bisa memberi penghakiman yang terlalu cepat kepada pasangan, padahal perselingkuhan belum tentu terjadi. Kemarahan yang tidak memiliki alasan kuat justru akan menambah keretakan hubungan. Karena sifat manusia cenderung selalu memilih yang lebih baik, jangan sampai ulah Anda yang pencemburu atau posesif mendorong pasangan mencari orang lain.
“Jangan bermimpi mengubah seseorang, tapi ubah dulu diri Anda, maka pasangan akan mengikuti,” tukasnya.


Selamat membaca & Semoga bermanfaat.. :D

Minggu, 21 Agustus 2011

Claustrophobia

Do ashkaft cave 2
Getting caught in a small hole, due to cave-ins or suddenly finding the den of a dangerous animal, could have caused claustrophobia to become a prepared phobia.
Claustrophobia (from Latin claustrum "a shut in place" and Greek φόβος, phóbos, "fear") is the fear of having no escape and being closed in small spaces or rooms (opposite: claustrophilia). It is typically classified as an anxiety disorder and often results in panic attack, and can be the result of many situations or stimuli, including elevators crowded to capacity, windowless rooms, and even tight-necked clothing. The onset of claustrophobia has been attributed to many factors, including a reduction in the size of the amygdala, classical conditioning, or a genetic predisposition to fear small spaces.
One study indicates that anywhere from 5–7% of the world population is affected by severe claustrophobia, but only a small percentage of these people receive some kind of treatment for the disorder.

Basic symptoms of claustrophobia

Claustrophobia is typically thought to have two key symptoms: fear of restriction and fear of suffocation. A typical claustrophobic will fear restriction in at least one, if not several, of the following areas: small rooms, locked rooms, cars, tunnels, cellars, elevators, subway trains, caves, airplanes and crowded areas. Additionally, the fear of restriction can cause some claustrophobics to fear trivial matters such as sitting in a barber’s chair or waiting in line at a grocery store simply out of a fear of confinement to a single space.
However, claustrophobics are not necessarily afraid of these areas themselves, but, rather, they fear what could happen to them should they become confined to an area. Often, when confined to an area, claustrophobics begin to fear suffocation, believing that there may be a lack of air in the area to which they are confined.
Many claustrophobics remove clothing during attacks, believing it will relieve the symptoms. Any combination of the above symptoms can lead to severe panic attacks. However, most claustrophobics do everything in their power to avoid these situations.

Diagnosis

Claustrophobia is the fear of having no escape, and being closed in. It is typically classified as an anxiety disorder and often results in a rather severe panic attack. One study conducted by University of Wisconsin-Madison’s neurology department revealed that anywhere from 2-5% of the world population is affected by severe claustrophobia, but only a small percentage of these people receive some kind of treatment for the disorder.
Claustrophobia develops as the mind makes the association that small spaces psychologically translate to some imminent danger. This typically occurs as a result of a traumatic past experience (such as being trapped in a dark, small space and thinking that there is no way out because the mind is not fully developed enough to realize there is a way out) or from another unpleasant experience occurring later on in life involving confined spaces. These two causes of claustrophobia both reject the common misconception that claustrophobia is a genetic disorder.
In fact claustrophobia is a conditioned response to a stimulus. It results from when an individual associates a tremendous amount of anxiety and a panic attack with a confined space. That event, the confined space, serves as a trigger or the stimulus, which is programmed into the brain. Because that stimulus is programmed into the brain, so is the response, which in this case, is a tremendous amount of anxiety. As a result, the confined space consistently triggers the same anxious response.

Claustrophobia scale

This method was developed in 1979 by interpreting the files of patients diagnosed with claustrophobia and by reading various scientific articles about the diagnosis of the disorder. Once an initial scale was developed, it was tested and sharpened by several experts in the field. Today, it consists of 20 questions that determine anxiety levels and desire to avoid certain situations. Several studies have proved this scale to be effective in claustrophobia diagnosis.

Claustrophobia questionnaire

This method was developed by Rachman and Taylor, two experts in the field, in 1993. This method is effective in distinguishing symptoms stemming from fear of suffocation and fear of restriction. In 2001, it was modified from 36 to 24 items by another group of field experts. This study has also been proved very effective by various studies.

Causes of claustrophobia 

The fear of enclosed spaces is an irrational fear. Most claustrophobic people who find themselves in a room without windows consciously know that they aren’t in danger, yet these same people will be afraid, possibly terrified to the point of incapacitation, and many do not know why. The exact cause of claustrophobia is unknown, but there are many theories

Amygdala

Amygdala
The red structure is the amygdala.
The amygdala is one of the smallest structures in the brain, but by far one of the most powerful. The amygdala is needed for the conditioning of fear, or the creation of a fight-or-flight response. A fight-or-flight response is created, when a stimulus is associated with a grievous situation . A phobia’s roots are in this fight-or-flight response.
In generating a fight-or-flight response, the amygdala acts in the following way: The amygdala’s anterior nuclei associated with fear communicate with each other. Nuclei send out impulses to other nuclei, which influence respiratory rate, physical arousal, the release of adrenaline, blood pressure, heart rate, behavioral fear response, and defensive responses, which may include freezing up. These reactions constitute an ‘autonomic failure’ in a panic attack .
Neuron upclose
Brain Synapse
A study done by Fumi Hayano found that the right amygdala was smaller in patients who suffered from panic disorders. The reduction of size occurred in a structure known as the corticomedial nuclear group which the CE nucleus belongs to. This causes interference, which in turn causes abnormal reactions to aversive stimuli in those with panic disorders. In claustrophobic people, this translates as panicking or overreacting to a situation in which the person finds themselves physically confined.

Classical Conditioning

“Claustrophobia develops as the mind makes the association that small spaces psychologically translate to some imminent danger .” It often comes as a consequence of a traumatic childhood experience , although the onset can come at any point in an individual’s life. Such an experience can occur multiple times, or only once, to make a permanent impression on the mind . The majority of claustrophobic participants in an experiment done by Lars-Göran Öst reported that their phobia had been “acquired as a result of a conditioning experience ." In most cases, claustrophobia seems to be the result of past experiences.

Conditioning experiences

A few examples of common experiences that could result in the onset of claustrophobia in children (or adults) are as follows:
  • A child (or, less commonly, an adult) is shut into a pitch-black room and cannot find the door or the light-switch.
  • A child gets shut into a box.
  • A child falls into a deep pool and cannot swim.
  • A child gets separated from their parents in a large crowd and gets lost.
  • A child sticks their head between the bars of a fence and then cannot get back out.
  • A child crawls into a hole and gets stuck, or cannot find their way back.
The term ‘past experiences,’ according to one author, can extend to the moment of birth. In John A. Speyrer’s ‘’Claustrophobia and the Fear of Death and Dying,’’ the reader is brought to the conclusion that claustrophobia’s high frequency is due to birth trauma, about which he says is “one of the most horrendous experiences we can have during our lifetime,” and it is in this helpless moment that the infant develops claustrophobia
G20 crowd
A crowd such as this could cause the onset of claustrophobia in a child
Magnetic resonance imaging, or the MRI, has been attributed to the onset of claustrophobia. Since a patient has to be put into the center of a magnet to optimize imaging, the patient finds themselves in a narrow tube for an extended period of time. In a study involving claustrophobia and the MRI, it was reported that 13% of patients experienced a panic attack during the procedure. The procedure has been linked not only to the triggering of ‘preexisting’ claustrophobia, but also to the onset in some people . These panic attacks during the procedure make it so the patient is unable to adjust to the situation, and therefore the fear remains .
GE Signa MRI
In an MRI, the patient is inserted into the tube
Miners in small spaces
The Conditions inside a Mine
S.J. Rachman tells of an extreme example is found in the experience of 21 miners in the Claustrophobia section of ‘’Phobias: A Handbook of Theory, Research, and Treatment.’’ These miners were trapped underground for 14 days, during which six of the miners died of suffocation. After their rescue, ten of the miners were studied for ten years. All but one were greatly changed by the experience, and six of those developed phobias, phobias that involved “confining or limiting situations.” The only miner who did not develop any noticeable symptoms was the one who acted as leader .
Another factor that could cause the onset of claustrophobia is “information received .” As Aureau Walding states in ‘’Causes of Claustrophobia,’’ many people, especially children, learn who and what to fear by watching parents or peers. This method does not only apply to observing a teacher, but also observing victims. Vicarious classical conditioning also includes when a person sees another person exposed directly to an especially unpleasant situation . This would be analogous to observing someone getting stuck in a tight space, suffocated, or any of the other examples that were listed above.

Prepared phobia

There is research that suggests that claustrophobia isn’t entirely a classically conditioned or learned phobia. It is not necessarily an inborn fear, but it is very likely what is called a 'prepared phobia.' As Erin Gersley says in ‘’Phobias: Causes and Treatments,’’ humans are genetically predisposed to become afraid of things that are dangerous to them. Claustrophobia may fall under this category because of its “wide distribution… early onset and seeming easy acquisition, and its non-cognitive features .” The acquisition of claustrophobia may be part of a vestigial evolutionary survival mechanism , a dormant fear of entrapment and/or suffocation that was once important for the survival of humanity and could be easily awakened at any time . Hostile environments in the past would have made this kind of pre-programmed fear necessary, and so the human mind developed the capacity for “efficient fear conditioning to certain classes of dangerous stimuli .”
Rachman provides a very strong argument for this theory in his article: ‘’Phobias.’’ He agrees with the statement that phobias generally concern objects that constitute a direct threat to human survival, and that many of these phobias are quickly acquired because of an “inherited biological preparedness
.” This brings about a prepared phobia, which is not quite innate, but is widely and easily learned. As Rachman explains in the article: “The main features of prepared phobias are that they are very easily acquired, selective, stable, biologically significant, and probably [non-cognitive].” ‘Selective’ and ‘biologically significant’ mean that they only relate to things that directly threaten the health, safety, or survival of an individual. ‘Non-cognitive’ suggests that these fears are acquired unconsciously. Both factors point to the theory that claustrophobia is a prepared phobia that is already pre-programmed into the mind of a human being.

Treatment

Cognitive therapy

Cognitive therapy is a widely accepted form of treatment for most anxiety disorders. It is also thought to be particularly effective in combating disorders where the patient doesn’t actually fear a situation but, rather, fears what could result from being in said situation. The ultimate goal of cognitive therapy is to modify distorted thoughts or misconceptions associated with whatever is being feared; the theory is that modifying these thoughts will decrease anxiety and avoidance of certain situations. For example, cognitive therapy would attempt to convince a claustrophobic patient that elevators are not dangerous but are, in fact, very useful in getting you where you would like to go faster. A study conducted by S.J. Rachman shows that cognitive therapy decreased fear and negative thoughts/connotations by an average of around 30% in claustrophobic patients tested, proving it to be a reasonably effective method.

In vivo exposure

This method forces patients to face their fears by complete exposure to whatever fear they are experiencing. This is usually done in a progressive manner starting with lesser exposures and moving upward towards severe exposures. For example, a claustrophobic patient would start by going into an elevator and work up to an MRI. Several studies have proven this to be an effective method in combating various phobias, claustrophobia included. S.J. Rachman has also tested the effectiveness of this method in treating claustrophobia and found it to decrease fear and negative thoughts/connotations by an average of nearly 75% in his patients. Of the methods he tested in this particular study, this was by far the most significant reduction.

Interoceptive exposure

This method attempts to recreate internal physical sensations within a patient in a controlled environment and is a less intense version of in vivo exposure. This was the final method of treatment tested by S.J. Rachman in his 1992 study.It lowered fear and negative thoughts/connotations by about 25%. These numbers did not quite match those of in vivo exposure or cognitive therapy, but still resulted in significant reductions.
Other forms of treatment that have also been shown to be reasonably effective are psychoeducation, counter-conditioning, regressive hypnotherapy and breathing re-training. Medications often prescribed to help treat claustrophobia include anti-depressants and beta-blockers, which help to relieve the heart-pounding symptoms often associated with anxiety attacks.

Studies 

MRI procedure

Because they can produce a fear of both suffocation and restriction, MRI scans often prove difficult for claustrophobic patients. In fact, estimates say that anywhere from 4–20% of patients refuse to go through with the scan for precisely this reason. One study estimates that this percentage could be as high as 37% of all MRI recipients. The average MRI takes around 50 minutes; this is more than enough time to evoke extreme fear and anxiety in a severely claustrophobic patient.
This study was conducted with three goals: 1. To discover the extent of anxiety during an MRI. 2. To find predictors for anxiety during an MRI. 3. To observe psychological factors of undergoing an MRI. Eighty patients were randomly chosen for this study and subjected to several diagnostic tests to rate their level of claustrophobic fear; none of these patients had previously been diagnosed with claustrophobia. They were also subjected to several of the same tests after their MRI to see if their anxiety levels had elevated. This experiment concludes that the primary component of anxiety experienced by patients was most closely connected to claustrophobia.
This assertion stems from the high Claustrophobic Questionnaire results of those who reported anxiety during the scan. Almost 25% of the patients reported at least moderate feelings of anxiety during the scan and 3 were unable to complete the scan at all. When asked a month after their scan, 30% of patients (these numbers are taken of the 48 that responded a month later) reported that their claustrophobic feelings had elevated since the scan. The majority of these patients claimed to have never had claustrophobic sensations up to that point. This study concludes that the Claustrophobic Questionnaire (or an equivalent method of diagnosis) should be used before allowing someone to have an MRI.

Use of Virtual Reality Distraction to Reduce Claustrophobia

 

The present case series with two patients explored whether virtual reality (VR) distraction could reduce claustrophobia symptoms during a mock magnetic resonance imaging (MRI) brain scan. Two patients who met DSM-IV criteria for specific phobia, situational type (i.e., claustrophobia) reported high levels of anxiety during a mock 10-min MRI procedure with no VR, and asked to terminate the scan early. The patients were randomly assigned to receive either VR or music distraction for their second scan attempt. When immersed in an illusory three-dimensional (3D) virtual world named SnowWorld, patient 1 was able to complete a 10-min mock scan with low anxiety and reported an increase in self-efficacy afterwards. Patient 2 received “music only” distraction during her second scan but was still not able to complete a 10-min scan and asked to terminate her second scan early. These results suggest that immersive VR may prove effective at temporarily reducing claustrophobia symptoms during MRI scans and music may prove less effective.
Many researchers have experimented with different types of phobia using VR. Researchers from Mediamatica Department, Delft University of Technology in collaboration with Faculty of Psychology, University of Amsterdam has also done several research projects on virtual reality exposure therapy(VRET). The VR system used in the project is developed in TU Delft. Several Virtual environments (VE) has been developed for different kinds of phobia exposure. Two of the VEs are virtual fire stairs and rooftop terrace for the acrophobia treatment. There are also VEs that are intended for claustrophobia treatment such as virtual hallway, virtual closet, and elevators. Virtual flight and virtual airport also has been developed for treating patients with fear of flying. However VEs aimed at social anxiety and agoraphobia exposure therapy have not been developed in Mediamatica Department, TU Delft.
Virtual Reality (VR) allows a third option of exposure therapy in a virtual setting that is safer, less embarrassing, and less costly than reproducing the real world situations. Besides situations can be created that are difficult to find in real life and it’s more realistic than imagining the danger. Already some experiments have proven VR to be a useful tool in treating specific phobias such as fear of heights, fear of spiders, fear of flying and claustrophobia, as well as agoraphobia. However most research that is done on VR exposure consists of single case studies and controlled group studies are necessary to support the conclusions of case studies. Research in this area is still in its infancy, but is progressing rapidly.
To take Virtual Reality (graded) Exposure (VRE) from the experimental lab and into the daily practice of psychologists more research is needed. Delft University of Technology and the University of Amsterdam have taken up this challenge. Within four years we have built a fully functional system optimal for the given situation. Furthermore we have substantial data to support the effectiveness of VRE for the treatment of phobias (fear of heights, claustrophobia, fear of flying). The domain is being approached from these two angles:
Psychology Human Computer Interaction
Both angles are being represented by a group in the project team.
In 1999 we completed a pilot study with low budget VR equipment. The aim of this study was to evaluate the effectiveness of low-budget virtual reality exposure versus exposure in vivo in a within group design in ten individuals suffering from acrophobia (phobia of heights) (Emmelkamp, Bruynzeel, Drost & van der Mast).

Separating the fear of restriction and fear of suffocation

Many experts who have studied claustrophobia claim that it consists of two separable components: fear of suffocation and fear of restriction. In an effort to fully prove this assertion, a study was conducted by three experts in order to clearly prove a difference. The study was conducted by issuing a questionnaire to 78 patients who received MRI’s.
The data was compiled into a “fear scale” of sorts with separate subscales for suffocation and confinement. Theoretically, these subscales would be different if the contributing factors are indeed separate. The study was successful in proving that the symptoms are separate. Therefore, according to this study, in order to effectively combat claustrophobia, it is necessary to attack both of these underlying causes.
However, because this study only applied to people who were able to finish their MRI, those who were unable to complete the MRI were not included in the study. It is likely that many of these people dropped out because of a severe case of claustrophobia. Therefore, the absence of those who suffer the most from claustrophobia could have skewed these statistics.[24]
A group of students attending the University of Texas at Austin were first given an initial diagnostic and then given a score between 1 and 5 based on their potential to have claustrophobia. Those who scored a 3 or higher were used in the study. The students were then asked how well they felt they could cope if forced to stay in a small chamber for an extended period of time. Concerns expressed in the questions asked were separated into suffocation concerns and entrapment concerns in order to distinguish between the two perceived causes of claustrophobia. The results of this study showed that the majority of students feared entrapment far more than suffocation. Because of this difference in type of fear, it can yet again be asserted that there is a clear difference in these two symptoms.

Probability ratings in claustrophobic patients and non-claustrophobics

This study was conducted on 98 people, 49 diagnosed claustrophobics and 49 "community controls" to find out if claustrophobics' minds are distorted by "anxiety-arousing" events (i.e. claustrophobic events) to the point that they believe those events are more likely to happen. Each person was given three events—a claustrophobic event, a generally negative event, and a generally positive event—and asked to rate how likely it was that this event would happen to them. As expected, the diagnosed claustrophobics gave the claustrophobic events a significantly higher likelihood of occurring than did the control group. There was no noticeable difference in either the positive or negative events. However, this study is also potentially flawed because the claustrophobic people had already been diagnosed.[citation needed] Diagnosis of the disorder could likely bias one’s belief that claustrophobic events are more likely to occur to them.

Sumber: 
http://en.wikipedia.org/wiki/Claustrophobia

PROSECUTOR PRINCESS (korean drama)

prosecutor-princess2.jpg
Title: 검사 프린세스 / Geomsa Princess / Prosecutor Princess
Chinese Title : 检察官公主
Previously known as: 검사 마타하리 / Prosecutor Mata Hari
Genre: Romance
Episodes: 16
Broadcast network: SBS
Broadcast period: 2010-Mar-31 to 2010-May-20
Air time: Wednesdays & Thursdays 21:55

Synopsis
Ma Hye Ri is a woman with an excellent memory and ability to focus, which allowed her to pass the bar exam with ease. Despite her talents, she is more interested in being fashionable and dislikes hard work, so she is far from being an ideal prosecutor and has doubts about her suitability for her job. Through her conflicts with senior colleages and struggles with difficult cases, however, Hye Ri gradually matures into a brilliant prosecutor with a sense of duty and justice.
Cast
Kim So Yeon as Ma Hye Ri
Park Shi Hoo as Seo In Woo
Han Jung Soo as Yoon Se Joon
Choi Song Hyun as Jin Jung Sun
Yoo Gun as Lee Min Suk
Park Jung Ah as Jeni Ahn
Choi Sung Ho as Chae Ji Woon
Lee Eun Hee (이은희) as Lee Jung Im
Lee Seung Hyung as Cha Myung Soo
Kim Sang Ho as Na Joong Suk
Choi Jung Woo as Ma Sang Tae
Yang Hee Kyung as Park Ae Ja
Min Young Won as Lee Yoo Na
Lee Jong Suk (이종석) as Lee Woo Hyun
Sung Byung Sook (성병숙) as Han Mi Ok
Kim Ji Won as Yoon Bin
Sun Woo Jae Duk as Go Man Chul
Baek Seung Hyun
Production Credits
Chief Producer: Kim Young Sup
Director: Jin Hyuk
Assistant Director: Park Sun Ho (박선호)
Screenwriter: So Hyun Kyung
Episode Ratings
Date Episode Nationwide Seoul
2010-Mar-31 1 7.3 (<8.9)
2010-Apr-01 2 8.8 9.4 (20th)
2010-Apr-07 3 9.6 (15th) 9.7 (15th)
2010-Apr-08 4 9.7 (14th) 9.4 (15th)
2010-Apr-14 5 10.8 (12th) 10.9 (14th)
2010-Apr-15 6 10.7 (13th) 11.0 (13th)
2010-Apr-21 7 10.4 (12th) 10.8 (10th)
2010-Apr-22 8 11.0 (13th) 11.1 (11th)
2010-Apr-28 9 9.9 (12th) 10.2 (13th)
2010-Apr-29 10 9.6 (14th) 9.6 (14th)
2010-May-05 11 9.9 (11th) 9.8 (12th)
2010-May-06 12 11.5 (12th) 11.5 (11th)
2010-May-12 13 9.6 (12th) 9.2 (14th)
2010-May-13 14 12.0 (8th) 11.5 (10th)
2010-May-19 15 12.1 (8th) 12.6 (8th)
2010-May-20 16 12.4 (8th) 11.7 (10th)

Source: TNS Media Korea (http://www.koreandrama.org/?p=1722)
Official Site
Trailer I & Trailer II
OST – here or here
Watch Online with English subtitle

Related Photo
prosecutor1.jpg prosecutor2.jpg prosecutor3.jpg

MY PRINCESS (korean drama)


Title: 마이 프린세스 / My Princess
Chinese Title : 我的公主
Genre: Romance, Comedy
Episodes: 16
Broadcast network: MBC
Broadcast period: 2011-Jan-05 to 2011-Feb-24
Air time: Wednesday & Thursday 21:55

Synopsis
An ordinary college student, Lee Seol, finds out she’s a princess. The grandson of Daehan Group, Park Hae Young, is put in charge of educating Seol on proper etiquette. However, Hae Young is put in a precarious situation when he finds himself drawn to Seol, the girl who will take away his inheritance if the monarchy is restored.
Cast
Song Seung Hun as Park Hae Young
- Choi Won Hong as young Hae Young
Kim Tae Hee as Lee Seol
- Jun Min Seo as young Seol
Park Ye Jin as Oh Yoon Joo
Ryu Soo Young as Nam Jung Woo
Lee Soon Jae as President Park Dong Jae
Maeng Sang Hoon as Oh Ki Taek
Kang Ye Sol as Lee Dan
Im Ye Jin as Kim Da Bok
Lee Ki Kwang as Geon Lee
Son Sung Yoon as Shin Mi So
Hwang Young Hee (황영희) as Hong In Ae
Lee Sung Min as Lee Young Chan
Lee Dae Yeon as So Sun Woo
Choi Yoo Hwa as Kang Sun Ah
Baek Bong Ki as Bong Jae (Park Dong Jae’s henchman)
Heo Tae Hee as Bo Jwa Gwan
Chu Hun Yub as Yoo Ki Kwang
Min Joon Hyun as Ki Ja
Park Hyuk Kwon as Lee Han
Park Jung Woo as Park Hae Young’s father
Ahn Nae Sang as Emperor Sunjong (cameo)
Jo Sung Ha as Park Dong Jae’s father (cameo)
Cha Hwa Yun as fashion designer (cameo)
Jung Suk Yong as priest (cameo, ep 4)
Joo Sang Wook as Hyun Woo (cameo, ep 9)
Park Min Woo (박민우)
Production Credits
Director: Kwon Suk Jang
Screenwriter: Jang Young Shil (장영실)
Episode Ratings
Date Episode Nationwide Seoul
2011-01-05 1 13.0 (5th) 17.1 (5th)
2011-01-06 2 14.3 (5th) 17.2 (5th)
2011-01-12 3 16.2 (3rd) 20.0 (3rd)
2011-01-13 4 17.0 (3rd) 22.7 (2nd)
2011-01-19 5 16.9 (3rd) 21.9 (2nd)
2011-01-20 6 14.0 (3rd) 18.4 (3rd)
2011-01-26 7 14.1 (4th) 18.2 (4th)
2011-01-27 8 14.5 (4th) 18.0 (3rd)
2011-02-02 9 9.9 (7th) 11.8 (5th)
2011-02-03 10 8.4 (13th) 10.1 (9th)
2011-02-09 11 12.0 (5th) 14.7 (5th)
2011-02-10 12 12.4 (6th) 15.8 (4th)
2011-02-16 13 12.6 (5th) 15.5 (5th)
2011-02-17 14 12.3 (5th) 15.5 (4th)
2011-02-23 15 12.0 (6th) 15.6 (5th)
2011-02-24 16 12.3 (5th) 15.4 (3rd)

Source: TNS Media Korea (http://www.koreandrama.org/?p=5906)
Official Site
Trailer I & Trailer II
OST – here or here
Watch Online with English subtitle

Related Photo

Poll