Sabtu, 08 Desember 2012

Garam Beryodium

Pengertian Yodium

Dalam tubuh terkandung sekitar 25 mg yodium yang tersebar dalam semua jaringan tubuh, kandungannya yang tinggi yaitu sekitar sepertiganya terdapat dalam kelenjar tiroid, dan yang relatif lebih tinggi dari itu ialah pada ovari, otot, dan darah.
Yodium diserap dalam bentuk yodida, yang di dalam kelenjar tiroid dioksidasi dengan cepat menjadi yodium, terikat pada molekul tirosin dan tiroglobulin. Selanjutnya tiroglobulin dihidrolisis menghasilkan tiroksin dan asam amino beryodium, tiroksin terikat oleh protein. Asam amino beryodium selanjutnya segera dipecah dan menghasilkan asam amino dalam proses deaminasi, dekarboksilasi dan oksidasi (Kartasapoetra, 2005).

  Pengertian Garam Beryodium

Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan yodium yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan kecerdasan.
Garam beryodium yang digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi standar nasional indonesia (SNI) antara lain mengandung yodium sebesar 30 – 80 ppm (Depkes RI, 2000).

Penyimpanan Garam Beryodium

Garam yodium perlu di simpan :
1) Di dalam wadah atau toples tertutup.
2) Tidak kena cahaya.
3) Tidak dekat dengan tempat lembab air,  untuk menghindari penurunan kadar yodium dan meningkatkan kadar air, karena kadar yodium menurun bila terkena panas dan kadar air yang tinggal akan melekatkan yodium.

Penggunaan Garam Beryodium

Cara penggunaan garam yodium:
1) Tidak dibumbukan atau dimasukkan pada saat sayur mendidih, tetapi dimasukkan setelah sayur diangkat dari kompor, karena kadar Kalium Iodat (KIO3) dalam makanan akan menurun setelah dididihkan 10 menit.
2) Kadar yodium juga akan menurun pada makanan yang asam, makin asam makanan makin mudah menghilangkan KIO3 dari makanan tersebut.

Cara Kerja:
1. Menimbang 5-10 gram sampel garam ke dalam Erlenmeyer
2. Menambahkan aquades dan 2ml orthofosfat 85%
3. Memeriksa pH sampai asam serta diaduk selama 2 menit
4. Menambahkan KI 30% 5 ml dan 2-3 tetes larutan kanji
5. Menitrasi dengan larutan ortofosfat sampai tidak berwarna
6. Mencatat volume tiosulfat yang dibutuhkan 

Garam KIO3 mampu mengoksidasi iodida menjadi iodium secara kuantitatif dalam larutan asam. Oleh karena itu digunakan sebagai larutan standar dalam proses titrasi Iodometri. Selain itu, karena sifat Iodida yang mudah teroksidasi oleh oksigen dalam lingkungan, menyebabkan iodida mudah terlepas. Reaksi ini sangat kuat dan hanya membutuhkan sedikit sekali kelebihan ion hidrogen untuk melengkapi reaksinya. Namun kekurangan utama dari garam ini sebagai standar primer adalah bahwa bobot ekivalennya yang rendah. 

Larutan KIO3
Larutan KIO3 memiliki dua kegunaan penting, pertama adalah sebagai sumber dari sejumlah iodin yang diketahui dalam titrasi, larutan ini harus ditambahkan kepada larutan yang mengandung asam kuat, namun tidak dapat digunakan dalam medium yang netral atau memiliki keasaman rendah. Fungsi kedua yaitu dalam penetapan kandungan asam dari larutan secara iodometri atau dalam standarisasi larutan asam keras. Larutan baku KIO3 0,1 N dibuat dengan melarutkan beberapa gram massa kristal KIO3 yang berwarna putih dengan menggunakan akuades dan mengencerkannya (Vogel 1994).


Ortofosfat
Ortofos
fat atau yang sering disebut gugus fosfat adalah sebuah ion poliatomik atau radikal yang terdiri dari satu atom fosfor dan empat oksigen. Dalam bentuk ionik, ortofosfat dinotasikan sebagai PO43-. Ortofosfat yang merupakan produk ionisasi dari asam ortofosfat adalah bentuk fosfor yang paling sederhana (Khopkar 1990).


Tiosulfat
Tiosulfat adalah suatu senyawa yang mudah sekali teroksidasi, dimana iodium dapat mengoksidasinya menjadi tetrationat. Semua penentuan senyawa secara iodometri didasarkan atas reaksi natrium tiosulfat dengan iodium. Pada titrasi iodium dengan tiosulfat, iodium bertindak sebagai oksidator atau titran (Rivai 1995).


Larutan Kanji atau Amylum
Larutan kanji digunakan sebagai indikator pada metode titrimetri. Kanji bereaksi dengan iodin. Dengan adanya iodide membentuk suatu kompleks yang berwarna biru tua , yang terlihat pada konsentrasi iodin yang sangat rendah (Khopkar 1990).


SNI Garam Dapur
Berdasarkan SNI No. 01-3556 tahun 1994 dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 77/1995 tentang proses, pengepakan dan pelabelan garam beriodium, iodium yang ditambahkan dalam garam adalah sebanyak 30-80 mg KIO3/ kg garam (30-80 ppm). Sampai saat ini mutu garam konsumsi terbagi menjadi dua yaitu mutu I Garam beriodium dan mutu II Garam tidak beriodium.

Daftar Pustaka
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/10/12/garam-beryodium/ 
http://bluishcaramelpillow.blogspot.com/2011/03/penetapan-kadar-iodium-m-titrimetri.html

Analisa Boraks Metode Asidimetri

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988, Bahan Tambahan Pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredient atau bahan yang  khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut (Budiyanto, 2001).

Umumnya beberapa bahan tambahan pangan  (BTP) digunakan dalam pangan untuk memperbaiki tekstur, flavor atau rasa, warna atau mempertahankan mutu. Beberapa bahan  kimia yang bersifat toksik (beracun) jika  digunakan dalam pangan akan menyebabkan  penyakit atau bahkan kematian. Oleh karena  itu, dalam peraturan pangan dilarang menggunakan bahan kimia berbahaya dalam pangan (Cahyadi, 2006).

Dampak penggunaan  bahan tambahan pangan  dapat berakibat positif maupun negatif bagi masyarakat. Kita memerlukan pangan yang aman untuk dikonsumsi, lebih bermutu, bergizi dan  mampu bersaing dalam pasar global. Kebijakan keamanan pangan (food safety) dan pembangunan gizi nasional (food nutrient) merupakan bagian integral dari kebijakan pangan nasional, termasuk penggunaan bahan tambahan pangan (Cahyadi, 2006).

Boraks
Boraks atau Natrium tetraborat memiliki berat molekul 381,37. Rumus molekul Na2B4O7.10H2O. Pemeriannya berupa hablur transparan tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau. Larutan bersifat basa terhadap fenolftalein. Pada waktu mekar di udara kering dan hangat, hablur sering dilapisi serbuk warna putih. Kelarutan boraks yaitu larut dalam air; mudah larut dalam air mendidih dan dalam gliserin; tidak larut dalam etanol (Ditjen POM, 1995). Boraks umumnya digunakan untuk mengawetkan kayu,  penghambat pergerakan kecoa (Bambang, 2008).

Absorbsi, distribusi dan eksresi
Boraks cepat diabsorpsi dari saluran pencernaan dan kulit yang luka. Boraks tidak dapat diserap melalui kulit yang utuh. Eksresi terutama melalui ginjal kira-kira 50% dari dosis yang diberikan dieksresi dalam waktu 24 jam. Pada pemakaian yang lama, eksresinya melalui urin dicapai setelah 2 minggu. Dalam jumlah relatif besar, boraks terlokalisasi di otak, hati dan ginjal (Katzung, 2004).

Asidimetri
Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa.
Standarisasi HCl dengan larutan Boraks:
1. Sebanyak 10 ml larutan baku primer boraks dititrasi dengan HCl 
2. Menambahkan indikator Metil Red (jika tidak ada Metil Red kita dapat Menggunakan Metil Orange (MO))
3. Titrasi dari warna kuning berubah jadi warna Merah
Penambahan metil merah  (Metil Red) mengakibatkan warna larutan borak berubah menjadi kuning. Hal ini dikarenakan indikator metil merah  (Metil Red) yang memiliki trayek PH sebesar 4,2-6,3 berwarna kuning dalam larutan basa, kemudian larutan tersebut dititrasi dengan HCl. Titrasi dilakukan hingga titik akhir titrasi tercapai saat larutan yang berwarna kuning berubah menjadi merah. Perubahan warna ini terjadi karena mol titran sama dengan mol titrat dan indikator bereaksi dengan HCl. Adanya ion H+ dari HCl yang mengakibatkan terjadinya perubahan pH larutan dan mempengaruhi warna indikator dalam larutan.

Daftar Pustaka:

 worldfandika.blogspot.com/2010/06/asidi-alkalimetri.html
 http://heldaluvchemeng.blogspot.com/2010/10/asidimetri.html

Senin, 03 Desember 2012

Angka Peroksida

Mutu dari suatu minyak dapat diketahui dari rasa dan aromanya . Salah satunya adalah ketengikan atau adanya peroksida . Peroksida merupakan suatu tanda adanya pemecahan atau kerusakan pada minyak karena terjadi oksidasi (kontak dengan udara) yang menyebabkan baularoma tengik pada minyak .Ukuran dari ketengikan dapat diketahui dengan menentukan bilangan peroksida . Semakin tinggi bilangan peroksida maka semakin tinggi pula tingkat ketengikan suatu minyak (ASA .2000) . Penentuan bilangan peroksida dilakukan dengan cara titrasi yang menggunakan larutan tio sulfat 0.02 N sebagai penitar . Prinsip dari bilangan peroksida adalah : senyawa dalam lemak (minyak) akan dioksidasi oleh Kalium lodida (KI) dan lod yang dilepaskan dititar dengan tio sulfat . Tujuan dalam penulisan ini adalah melakukan penentuan bilangan peroksida dalam minyak .

 CARA KERJA

Campuran larutan asetat-alkohol clan kloroform (20 :20 :55) . Larutan tiosulfat 0.02 N. Larutan KI (kalium lodida) jenuh . Larutan indikator amilum/kanji/lod, Neraca kasar, pipet ,erlemeyer 250 ml bertutup asah. gelas ukur ,seperangkat alat titrasi . Campuran larutan asetat, alkohol dan kloroform (20 :20 :55) yaitu dengan mencampurkan 20 ml asam asetat glasial + 20 ml alkohol 96% + 55 ml kloroform . Larutan KI jenuh: Serbuk KI (Kalium lodida) dimasukkan ke dalam 10 ml air suling . diaduk . clan ditambahkan lagi KI sampai jenuh . Larutan tiosulfat 0.02 N yang distandarisasi dengan tepat . Larutan ini dibuat dengan mengencerkan larutan tiosulfat 0. I N . Tiosulfat 0.1 N : 24.82 gram  tiosulfat (Na2 S20; 5H20) dilarutkan dengan air suling (yang sudah dididihkan dan didinginkan hingga suhu kamar) dengan volume 1000 ml . tambahkan 0.1 gram Na2CO3 (Tiosulfat) 0.02N : dipipet 200 ml tiosulfat 0.1 N dan diencerkan dengan air suling sehingga volume 1000 ml dalam labu ukur . Larutan indikator kanji/ amylum. dibuat dengan melarutkan 1 gram kanji (yang larut dalam air) ke dalam labu ukur 100 ml ,kocok rata dan tambahkan kurang lebih 90 ml air suling mendidih, aduk rata lalu dinginkan hingga suhu ruang .
Metode
Ditimbang secara tepat 5 .0 gram sampel minyak ke dalam erlermeyer 250 ml yang bertutup asah . Kemudian 30 ml campuran larutan asetat . alkohol dan kloroform (20 :20 :55) . ditambahkan dan dikocok hingga larut . Lalu ditambahkan 1 ml KI jenuh . dibiarkan di tempat gelap selama 1/2 jam , sambil sekali-kali larutan digoyang dan ditambahkan 50 ml air suling . Campuran tersebut dititrasi dengan larutan tiosulfat 0.02N .Titrasi harus dilakukan secara cepat. sampai warna kuning hampir hilang (kuning muda) . Ditambahkan Larutan indikator kanji sebanyak 0.5 ml dan titrasi diteruskan . Erlermeyer digoyang secara cepat sampai mendekati titik akhir yaitu warna biru gelap menghilang . Penentuan pada blanko juga dilakukan dan setiap penentuan sample dan blanko dilakukan secara duplo . (ASA . 2000) .
Perhitungan
Bilangan peroksida : (ml Tio) x N . Tio x 0 .008/ g x 100
Keterangan
Bilangan peroksida : kadar dalam ppm
ml Tio : titran Tio (ml sampel - ml blanko)
N : Normalitas Tiosulfat
0 .008 mg setara O2
100 :100%
g : berat sampel (gram)

Minyak/lemak dioksidasi dari ikatan rangkapnya menyebabkan lemak lebih kental dan keras . Reaksi oksidasi adalah : pada atom karbon dekat ikatan rangkap yang menghasilkan hidroperoksida.  Kemudian dari hidroperoksida terbentuk keton atau aldehida yang tak jenuh.
Hasil oksidasi lemak mempunyai bau dan rasa yang tidak disenangi manusia atau ternak . Oksidasi lemak dapat berjalan lebih cepat dengan adanya logam seperti tembaga (Cu) . besi (Fe) atau penyinaran dengan sinar ultra violet . Oksidasi dari asam-asam lemak jenuh menghasilkan keton-keton dengan rasa manis dan bau keras yang disebut ketengikan keton.

Sumber:

Jumat, 16 November 2012

Analisa Pewarna Metode Kromatografi Kertas

Makanan jajanan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan pada kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun pedesaan. Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah didapat, cita rasanya enak dan cocok dengan selera kebanyakan orang. Makanan jajanan meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi juga beresiko terhadap kesehatan. Hal ini disebabkan oleh penanganannya yang sering tidak higienis, akibatnya peluang bagi mikroba untuk tumbuh dan berkembang cukup besar. Selain itu dalam proses pembuatannya sering kali ditambah-kan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang tidak diizinkan.
Sejumlah penelitian tentang zat pewarna terutama yang bersifat sintetis telah banyak dilakukan. Zat pewarna Phloxine B (Fukuda, 1984), D&C Yellow no.8 (Burnet, 1986) bersifat teragenik dan sangat berbahaya, begitu juga dengan zat pewarna merah Rhodamin B pada kerupuk merah dilakukan, tampaknya PLATO mampu untuk mendorong siswa belajar lebih cepat. Walaupun demikian, hasil ini baru merupakan hasil sementara, yang perlu di kaji lagi untuk masa mendatang.
Zat pewarna yang belakangan ini telah mulai disadari kesan negatifnya yang juga di duga sebagai penyebab kanker. Dari penelitian FAO dan WHO didapatkan bahwa penggunaan zat pewarna sintetis pada makanan dan minuman mencapai 70%.
Penggunaan zat pewarna yang melebihi batas maksimum yang diperbolehkan dapat memberi dampak negatif bagi kesehatan. Ponceau 4R merupakan zat pewarna golongan azo yang bersifat karsinogenik. Penyakit kanker yang ditimbulkan senyawa azo sebenarnya tidak disebabkan oleh senyawa azo, melainkan oleh hasil metabolisme senyawa tersebut, misalnya 2,2 azonaftalen dapat direduksi menjadi 2 molekul beta naftilamin yang diketahui mempunyai sifat karsinogenik kuat pada kandung kemih.
Penggunaan Erythrosin secara berlebihan menyebabkan reaksi alergi pada pernapasan, hiperaktif pada anak, tumor tiroid pada tikus dan efek kurang baik pada otak dan prilaku. Penelitian yang dilakukan pada tikus yang di beri Erythrosin dalam diet dengan dosis besar
yaitu 400 mg/kg BB/hari mengalami gangguan pertumbuhan. Pemberian dosis tinggi Erythrosin juga dihubungkan dengan penurunan berat badan pada tikus betina. Selain bersifat karsinogenik, bahan ini dapat juga bersifat toksisitas akut dan hipertropi kelenjar gondok, hiperplasi kelenjar gondok dan mening-katkan insiden neoplasma kelenjar gondok.
Analisis Kualitatif Zat Warna Dengan Cara Kromatografi Kertas
- Sediakan 50 gram sampel, tambahkan 10 ml asam asetat encer 10%v/v lalu dimasukkan benang wool bebas lemak secukupnya.
-  Panaskan diatas nyala api kecil selama 30 menit sambil di aduk.
-  Benang wool dipanaskan dari larutan dan di cuci dengan air dingin berulang-ulang hingga bersih.
- Pewarna dilarutkan dari benang wool dengan penambahan ammonia 10% di atas penangas air hingga sempurna.
-Larutan berwarna yang di dapat di cuci lagi dengan air hingga bebas amonia.
-  Totolkan pada kertas kromatografi, juga totolkan zat warna pembanding yang cocok.
- Jarak rambatan elusi 12 cm dari tepi bawah kertas. Elusi dengan eluen I (etil-metalketon : aseton : air = 70:30:30) dan eluen II (2g NaCL dalam 100ml etanol 50%).
-Keringkan kertas kromatografi di udara pada suhu kamar. Amati bercak-bercak yang timbul.
-Penentuan zat warna dengan cara mengukur nilai Rf dari masing-masing bercak tersebut, dengan cara membagi jarak gerak zat terlarut oleh jarak zat pelarut.

Ponceau 4R


Sumber : 
http://repository.unand.ac.id/466/1/Hal_71-76._Zat_Warna-Isi.doc
http://en.wikipedia.org/wiki/Erythrosine
http://en.wikipedia.org/wiki/Ponceau_4R

Poll