Rabu, 13 April 2011

Prinsip-prinsip Islam Tentang Komunikasi dan Informatika

A. Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi
Berdasarkan Q.S al-Hujurat: 13 bahwa manusia diciptakan oleh Allah berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, hidup secara berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling kenal dan mengenal (lita 'arafu). Untuk saling kenal mengenal satu dengan yang lainnya, satu suku denagn suku yang lain, satu bangsa dengan bangsa yang lain haruslah dengan komunikasi. Untuk itulah harus dipahami pengertian dari komunikasi itu.
Komunikasi pada pada dasarnya merupakan proses yang menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau hasil apa?(who? says what? in which channel? to whom? with what effect?). Who? (siapa/sumber)
Sumber atau komunikator adalah pelaku utama/ pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi, bisa seorang individu, kelompok, organisasi, maupun suatu negara sebagai komunikator. Says What? (pesan).
Apa yang akan disampaikan/ dikomunikasikan kepada penerima (komunikan), dari sumber (komunikator) atau isi informasi. Merupakan symbol verbal/ non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan/maksud sumber tadi. Ada 3 komponen pesan yaitu makna, simbol untuk menyampaikan makna,dan bentuk/ organisasi pesan. In Which Channel? (saluran/media). Wahana/alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator(sumber) kepada komunikan (penerima)baik secara langsung (tatap muka), maupun tidak langsung(melalui media cetak/elektronik. To Whom? (untuk siapa/penerima). Orang/kelompok/organisasi/suatu negara yang menerima pesan dari sumber. Disebut tujuan (destination)/pendenagar(listener)/khalayak(audience)/komunikan/penafsir/penyandi balik(decoder). With What Effect? (dampak/efek). Dampak/ efek yang terjadi pada komunikan (penerima)setelah menerima pesan dari sumber, seperti perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan, dll.
Berdasarkan pengertian di atas, maka yang dimaksud komunikasi adalah pesan yang disampaikan kepada komunikan(penerima) dari komunikator(sumber) melalui saluran-saluran tertentu baik secara langsung/tidak langsung dengan maksud memberikan dampak/efek kepada komunikan sesuai dengan yang diinginkan komunikator. Yang memenuhi 5 unsur who, says, what, in which channel, to whom, with what effect.
2. Bicara Benar
Sebagaimana periwayatan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW yang benar-benar terjaga kebenarannya, karena para sanad atau para rawi benar-benar mampu menjaga kualitas dirinya dalam membawa amanah yang berupa berita, maka umat Islam harus mampu mencermati berita yang beredar. Harus amanah (tanggung jawab), tidak bohong, tidak komersil, akan tetapi benar-benar menjaga kebenaran.
Bila menerima berita sebagai orang Islam harus mampu membedakan antara yang benar dan yang salah. Al-Qur'an mengajarkan kepada setiap muslim dalam menerima berita dianjurkan untuk berlaku cermat dan hati-hati.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ (الحجرات:6)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu ( Q.S Al-Hujurat:6)
Untuk mengungkapkan berita tentu melalui perkataan, dalam mengutarakan kata-kata Islam mengajarkan agar disampaikan dengan hormat dan sopan, tidak menghiasi yang jelek dengan perkataan yang baik-baik. Mengatakan sesuatu yang semestinya salah kemudian disampaikan dengan kata-kata baik, seolah-olah menjadi benar itu benar-benar dilarang oleh agama Islam. Perkataan seperti ini disebut dengan istilah zuhrufal qaul . Dalam menyampaikan berita hendaknya yang simple, jelas dan benar. Umat islam harus mampu menjauhi sesuatu yang dianggap tidak perlu untuk disampaikan. Pandai menyaring mana yang benar dan yang salah sehingga yang benar itu benar dan yang salah itu berada pada tempat yang salah.
Dari ayat di atas bisa diambil pelajaran, untuk diaplikasikan dalam berbicara, yang diantaranya seperti berikut ini :
a. Perkataan yang disampaikan harus faktual; tidak mengada-ada atau terdorong mencari keuntungan belaka, akan tetapi demi mencari ridha Allah.
b. Perkataan yang disampaikan harus benar dan penting, tidak bercanda ria, tidak membicarakan aib orang lain, tidak menghujat, tidak memperolok-olok, pihak tertentu.
c. Tidak menutupi yang salah dengan kata-kata yang bagus, seolah-olah yang disampaikan itu benar.
d. Tidak memanjangkan perkataan
e. Tidak berpihak pada golongan tertentu, sehingga mengurangi validitas yang disampaikan.
3. Adab berbicara dan Mendengar
Manusia adalah makhluk yang bisa berbicara. Allah SWT telah menganugerahi lisan untuk berbicara dengan kata-kata yang baik dan melarang menggunakan kata-kata yang jelek.
Anjuran berkata dengan kata-kata yang baik, secara langsung juga memberi pengertian bahwa mendengar pun juga dianjurkan mendengar kata-kata yang baik. Karena antara berkata dan mendengar itu ada hubungan timbal balik.
Dalam berbicara Islam mengajarkan kepada manusia agar berkata berdasar mencari ridha Allah semata dan tidak mencari keuntungan sesaat. Dalam menggunakan kata-kata tidak berlebihan apa lagi dihiasi sesuatu yang tidak benar dengan kata-kata cantik sehingga tampak tidak salah. Yang demikian ini dilarang agama.
Umat islam dianjurkan untuk memiliki adab berbicara dan mendengar yang diantaranya adalah seperti berikut :
a. Berbicara itu harus sopan, menghormati dan menghargai yang lain, serta jelas.
b. Tidak berbuat aniaya kepada orang lain dalam bentuk apapun.
c. Tidak membuka aib atau cacat pihak lain, kecuali seizin yang bersangkutan.
d. Tidak melakukan penipuan atua yang lain dari akhlak tercela.
Larangan Berbohong, Memfitnah dan Mencemarkan Nama Baik
Bagian ini menjelaskan tentang berbohong dan sifat yang menyertainya, yaitu khianat, serta apa yang akan diperoleh bagi yang suka berbohong dan berkhianat itu.

a. Larangan Berbohong
1) Pengertian berbohong
Berbohong sering disebut dengan berdusta, yaitu mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Sikap ini juga bisa dikatakan penipuan.
Berkhianat itu perbuatan yang menunjukkan ketidaksetiaan seseorang kepada pihak lain. Lawan dari khianat adalah amanah (dapat dipercaya atau tanggung jawab). Orang lain bisa dikatakan berkhianat bila tidak mampu menepati janji atau kesanggupan dengan pihak lain.
2) Sikap bohong dan khianat itu sumber kejahatan
Kedua sikap, bohong dan khianat itu merupakan sumber dari kejahatan karena kekecewaan yang muncul dari kebohongan dan pengkhianatan akan mampu berkembang menjadi kebencian, dan kebencian berpotensi berkembang menjadi sikap antipati dan permusuhan. Lebih lagi di dalam bermasyarakat akan menimbulkan perpecahan dan fanatik golongan ('ashobiyah), serta berpotensi menghasilkan kehancuran.
Rasulullah SAW bersabda:
Yang Artinya: "Hendaklah kamu semua berpegang kepada kejujuran, karena sesungguhnya kejujuran itu akan membawa kebaikan dan kebaikan akan membawa (menuju) ke surga. Hendaklah seseorang itu selalu jujur dan membiasakan diri untuk jujur hingga dicatat oleh Allah sebagai orang yang sangat jujur. Dan jagalah dirimu dari dusta (bohong)karena sesungguhnya dusta itu akan menghantarkanmu kepada kedurhakaan, dan kedurhakaan akan membawa ke neraka. Bila seseorang itu selalu berbohong dan membiasakan bohong hingga Allah mencatatnya sebagai orang yang sangat berbohonh (pendusta)
(HR. Bukhari dan Muslim)

Pelajaran yang bisa diambil dari hadits tersebut untuk dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari adalah seperti berikut :
a. Seorang muslim itu harus selalu jujur dalam segala hal, karena sikap jujur harus menghantarkannya kepada keberuntungan dunia dan akhirat.
b. Orang yang selalu jujur akan disukai Allah, Rasulullah, dan banyak orang.
c. Seorang muslim harus mampu menjauhi sikap bohong. Sikap bohong akan merugikan diri sendiri dan banyak orang.
d. Sikap bohong akan menghantarkan pelakunya kepada kerugian dunia akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Poll