Rabu, 15 Juni 2011

STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE (PNEUMOKOKUS)

BAB I
PENDAHULUAN
Dilpokokus positif Gram yang berbentuk lanset ini ditemukan dalam saliva manusia oleh Stenberg dan Pasteur pada tahun 1881 di tempat yang terpisah. Meskipun kedua orang tersebut masing-masing berhasil membuat septikemia dengan jalan menyuntikan kuman ini pada kelinci, namun mereka tidak menghubungkannya dengan penyakit pneumonia, mungkin karena tidak tahu bahwa orang sehat dapat menjadi carrier kokus virulen. Baru pada tahun 1886 diketahui bahwa kuman ini dapat menyebabkan pneumonia lobaris, oleh Frunkel dan Weichselbaum di tempat yang terpisah pula.
Kuman ini biasa hidup normal dalam traktus respiratorius bagian atas dan dapat menyebabkan penyakit pneumonia, sinusitis, otitis, meningitis, dan proses infeksi lainya.

BAB II
ISI

A.    Klasifikasi 

     Streptococcus pneumoniae diklasifikasikan sebagai berikut:
Domain: Bacteria
Phylum: Firmicutes
Class: bacilli
Species: S. pneumoniae

B.     Morfologi dan Identifikasi
Secara mikroskopis nampak sebagai kokus berbentuk lanset, biasanya berpasangan dan beselubung. Pneumokokus tip II berbentuk bulat, baik yang berasal dari eksudat maupun dari perbenihan. Rantaian panjang terdapat bila ditanam dalam perbenihan yang hanya sedikit mengandung magnesium. Kuman ini positif Gram dan pada perbenihan tua dapat nampak sebagai negatif gram, tidak membentuk spora, tidak bergerak (tidak berflagel). Selubung terutama dibuat oleh jenis yang virulen.

C.    Sifat-sifat Perbenihan
Untuk pertumbuhan terbaik perlu media dengan pH 7,6-7,8. Kuman ini tumbuh aerob dan fakultatif anaerob. Jarang tumbuh pada suhu di bawah 25o C dan di atas 41o C. Suhu pertumbuhan pertumbuhan optimum 37,5o C. Glukosa dan gliserin meningkatkan multiplication rate-nya, tetapi bertambahnya asam laktat selain menghambat dapat pula membunuhnya, kecuali bila ke dalam perbenihan ditambah kalsium karbonat 1% untuk menetralkannya.
Dalam lempeng agar darah sesudah pengeraman selama 48 jam akan terbentuk koloni yang bulat kecil dan dikelilingi zona kehijau-hijauan identik dengan zona yang dibentuk oleh Streptococcus viridans. Kuman ini lisis dalam larutan empedu 10% (otolisis) atau natrium desoksikholat 2% dalam waktu 5-10 menit, sifat ini penting untuk membedakannya dari Streptococcus viridans.
Kuman pneumokokus meragi inulin: inulin positif dapat menegakkan diagnosis, tetapi jika negatif belum tentu bukan pneumokokus.
Kuman ini berbeda dari kokus lainnya, dihambat oleh optokhin. Koloni yang diduga pneumokokus, ditanam pada pelat agar darah, kemudian ditempelkan cakram optokhin. Bila ternyata Pneumokokus maka akan nampak zona yang tidak ada pertumbuhan kuman di sekeliling cakram.
Untuk memperoleh perbenihan yang murni bahan pemeriksaan diduntikkan melalui intraperitoneum pada tikus putih. Dengan cara ini pula, virulensinya dapat diketahui.

D.    Daya Tahan Kuman
Kuman Pneumokokus dalam sputum yang kering yang tidak terkena sinar matahari secara langsung dapat tahan beberapa bulan. Dalam perbenihan biasa mati dalam beberapa hari, tetapi dapat dipertahankan dan tetap virulen berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun bila disimpan dalam keadaan liofil. Kuman ini mati setelah 10 menit pada suhu 52o C, 1 jam oleh sinar matahari langsung, 1 1/2 jam oleh sinar matahari yang difus. Pneumokokus lebih mudah mati dengan fenol, HgCl2, kalium permanganat dan antisptikum lainnya daripada Mikrokokus dan Streptokokus. Selain itu, Pneumokokus rentan terhadap sabun, empedu, natrium oleat, zat warna dan derivat kuinin. Pneumokokus dihambat oleh sulfadiazin, tetapi sering terjadi resistensi sesudah beberapa dari. Kuman ini sensitif terhadap penisilin.


E.     Struktur Antigen
Antigen terpenting adalah kapsul polisakarida, yang menentukan virulensi dan 5 macam tipe spesifik. Jika kuman dicampur dengan serum anti spesifik, maka selubung akan membengkak. Reaksi ini disebut reaksi qüellung.
                                          
F.     Infeksinya pada Manusia
Yang khas ialah menyebabkan penyakit pneumonia lobaris. Selain itu dapat pula menimbulkan sinusitis, otitis media, osteomielitis, artritis,peritonitis, ulserasi kornea dan meningitis. Dari pneumonia lobaris dapat terjadi komplikasi berupa septikemia, empiema, endokarditis, perikarditis, meningitis dan artritis. Pneumonia sekunder oleh Pneumokokus setelah infeksi virus (campak, influenza) lebih jarang terjadi daripada oleh Streptokokus, dan hal yang sebaliknya dengan infeksi Stafilokokus.

G.    Mortalitas
Angka kematian pada pneumonia tergantung pada ras, seks, umur,dan keadaan umum penderita, tipe kumannya, luasnya bagian paru-paru yang terkena, ada tidaknya septikemia, ada tidaknya komplikasi, pemberian terapi spesifiik, dan faktor-faktor lainnya. Pada penderita yang tidak diobati mortalitasnya 20-30%, namun setelah ditemukan antibiotika turun sampai 5%. Hasil yang kurang baik pada infeksi primer oleh Pneumokokus terdapat pada meningitis terutama pada otitis media dan meningitis. Sebelum dipakai antibiotika mortalitas 99%, dengan pemakaian antibiotika mortalitas turun berkisar antara 7-72%, terendah pada anak-anak dan meningkat secara progresif sesudah umur 40 tahun.

H.    Pengobatan
Semua tip Pneumokokus sensitif terhadap penisilin, penisilin merupakan drug of choice. Yang berbahaya bila terjadi infeksi sekunder oleh Stafilokokus yang resisten terhadap penisilin dan antibiotika lainnya. Pada pneumonia dan septikemia cukup dengan penisilin dosis 500.000-1.000.000 satuan setiap hari. Sedang pada meningitis diperlukan dosis yang lebih tinggi agar dapat mencapai selaput otak. Penisilin diberikan secara intravena dengan dosis 1 juta satuan per jam sampai terlihat adanya perbaikan. Inipun harus disertai suntikan penisilin intramuskulus setiap 6 jam dengan dosis 4-5 juta satuan selama 2-3 minggu. Pemberian penisilin intratekal tidak dianjurkan, karena bila dosisnya terlampau tinggi akan mengakibatkan reaksi berupa pendarahan otak.
Akhir-akhir ini Pneumokokus sudah resisten terhadap banyak preparat antibiotika, misalnya tetrasikli, eritromisin, dan linkomisin. Peningkatan resistensi terhadap penisilin juga terlihat pada Pneumokokus yang diisolasi dari New Guinea.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Streptococcus pneumoniae merupakan diplokokus gram positif berbentuk lanset. Pertama kali ditemukan pada tahun 1881 oleh Stenberg dan Pasteur di dalam saliva manusia. Pada tahun 1886 diketahui bahwa kuman ini menyebabkan penyakit pneumonia lobaris, oleh Frunkel dan Weichselbaum.
Kuman ini positif Gram dan pada perbenihan tua dapat nampak sebagai negatif gram, tidak membentuk spora, tidak bergerak (tidak berflagel). Selubung terutama dibuat oleh jenis yang virulen.

Untuk pertumbuhan terbaik perlu media dengan pH 7,6-7,8. Kuman ini tumbuh aerob dan fakultatif anaerob. Jarang tumbuh pada suhu di bawah 25o C dan di atas 41o C. Suhu pertumbuhan pertumbuhan optimum 37,5o C.

Kuman ini mati setelah 10 menit pada suhu 52o C, 1 jam oleh sinar matahari langsung, 1 1/2 jam oleh sinar matahari yang difus. Pneumokokus lebih mudah mati dengan fenol, HgCl2, kalium permanganat dan antisptikum lainnya daripada Mikrokokus dan Streptokokus.
Antigen terpenting adalah kapsul polisakarida, yang menentukan virulensi dan 5 macam tipe spesifik.
Yang khas ialah menyebabkan penyakit pneumonia lobaris. Selain itu dapat pula menimbulkan sinusitis, otitis media, osteomielitis, artritis,peritonitis, ulserasi kornea dan meningitis.
Angka kematian pada pneumonia tergantung pada ras, seks, umur,dan keadaan umum penderita, tipe kumannya, luasnya bagian paru-paru yang terkena, ada tidaknya septikemia, ada tidaknya komplikasi, pemberian terapi spesifiik, dan faktor-faktor lainnya. Pada penderita yang tidak diobati mortalitasnya 20-30%, namun setelah ditemukan antibiotika turun sampai 5%.
Semua tip Pneumokokus sensitif terhadap penisilin, penisilin merupakan drug of choice. Yang berbahaya bila terjadi infeksi sekunder oleh Stafilokokus yang resisten terhadap penisilin dan antibiotika lainnya.
DAFTAR PUSTAKA                            
Staf  Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.1994.Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran edisi revisi. Jakarta: Binarupa Aksara.
en.wikipedia.org/wiki/Streptococcus_pneumoniae


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Poll